Kamis, 29 Januari 2015

PENGARUH KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI BERBAGAI DAERAH INDONESIA

PENGARUH KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI BERBAGAI DAERAH INDONESIA
KESIMPULAN
Ø  Perlawanan Terhadap Portugis
a.     Perlawanan Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh merupakan saingan terberat Portugis dalam bidang perdagangan. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis, mengakibatkan perdagangan di Aceh mengalami perkembangan yang sangat pesat. Melihat itu, Portugis ingin menguasai Aceh, akhirnya terjadilah perselisihan antar kedua pihak.
Dalam menghadapi Portugis, Sultan Ali Mughayat Syah sebagai penguasa Aceh melakukan beberapa tindakan,yaitu:
v Mengadakan kerja sama dengan Kerajaan Demak dalam menghadapi Portugis.
v Menjalin hubungan dan meminta bantuan senjata kepada Turki, Inggris, Gujarat, dan Goa.
v Melengkapi kapal kapal dagangnya dengan prajurit dan senjata.
Raja Aceh selanjutnya yaitu Sultan Iskandar Muda. Pertentangan dari keduanya berakhir setelah kekuasaan Portugis di Malaka direbut Belanda pada tahun 1641.
b.     Perlawanan Kerajaan Ternate
Kedatangan bangsa Portugis di wilayah Ternate sejak tahun 1512 menimbulkan kebencian dan perlawanan dari rakyat Ternate.
Penyebabnya adalah:
v Portugis melakukan monopoli perdagangan yang menimbulkan kerugian dan penderitaan rakyat Ternate.
v Adanya campur tangan Portugis dalam urusan pemerintahan Kerajaan Ternate.
v Penyebaran agama Katholik di Ternate yang dilakukan oleh misionaris Portugis.
v Keserakahan dan kesombongan Portugis yang memandang rendah penduduk Ternate.
Perlawanan di lakukan sebanyak 3 kali. Pada tahun 1533 rakyat Ternate yang di pimpin oleh Sultan Dajalo mulai melakukan perlawanan, pada penyerangan ini , rakyat Maluku berhasil membakar benteng Portugis dan berhasil mendesak Portugis. Pada tahun 1565 yang dipimpin oleh Sultan Hairun melakukan serangan kedua kalinya. Pada tahun 1574 rakyat Ternate berhasil merebut benteng Portugis, dan pada tanggal 28 Desember 1577 rakyat Ternate yang dipimpin Sultan Baabullah berhasil mengusir Portugis dari wilayah Maluku.

Ø  Perlawanan Terhadap VOC
c.      Perlawanan Kerajaan Mataram
Pada masa pemerintahan Sultan Agung, kerajaan Mataram mencapai puncak kejayaan. Sultan agung bercita – cita mempersatukan daerah – daerah di Pulau Jawa, untuk mencapainya, Sultan Agung berusaha mengusir VOC di Batavia.
Beberapa faktor atau alasan kerajaan Mataram melakukan penyerangan terhadap VOC adalah:
v VOC berusaha memonopoli dan menguasai Mataram.
v VOC tidak mau mengakui kedaulatan Mataram dan tidak mendukung politik Mataram untuk menundukkan Banten.
v VOC dianggap merintangi cita-cita Sultan Agung yang membahayakan masa depan rakyat Pulau Jawa pada umumnya.
Serangan pasukan Mataram dilakukan 2 kali, yaitu:
v Pada tahun 1828 yang di pimpin oleh Tumenggung Bahurekso, Sura Agul-Agul, Dapi Uposonto,Dipati Mandurejo dan Adipati Ukur, akan tetapi mengalami kegagalan.
v Pada tahun 1829 yang di pimpin Pangeran Puger dan Pangeran  Purbaya, akan tetapi juga mengalami kegagalan.
Beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan serangan pasukan Mataram terhadap VOC di Batavia adalah:
v Pasukan Mataram kekurangan persediaan bahan makanan.
v Persenjataan pasukan Matarm kalah lengkap dan modern dari yang dimiliki VOC.
v Jarak antara Mataram dengan Batavia sangat jauh.
v Berjangkitnya wabah penyakit kolera.
v Pasukan VOC lebih berpengalaman dalam perang.
Setelah serangan kedua tersebut, tidak ada lagi serangan dari Sultan Agung sampai wafatnya pada tahun 1645. Sepeninggal Sultan Agung Mataram mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena pengganti Sultan Agung cenderung bekerja sama dengan VOC, tetapi masih ada perlawanan yang dilakukan terhadap VOC. Pada saat perlawanan Mangkubumi, terjadi kesepakatan damai dengan Belanda dengan ditandatanganinya perjanjian Giyanti pada tahun 1755.


Isi perjanjian Giyati, yaitu:
v Mataram dibagi menjadi dua, yaitu Mataram Barat (Yogyakarta) dan Mataram Timur (Surakarta).
v Mangkubumi berkuasa di Mataram Barat dan Paku Buwono berkuasa di Mataram Timur.
Kebesaran Mataram berakhir setelah ditandatanganinya perjanjian tersebut.
d.     Perlawanan Kerajaan Banten
VOC berusaha menguasai Selat Sunda, tetapi upaya tersebut mendapat tantangan keras dari kerajaan Banten yang saat itu mencapai kejayaan pada pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Untuk mengamankan wilayahnya dari blokade VOC, Sultan Ageng Tirtayasa menjalin hubungan dengan negara dan pahlawan lain. Dalam menghadapi perlawanan kerajaan Banten, VOC menerapka sistim politik devide et impera(mengadu domba) antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji yang di bantu oleh VOC. Pada tahun 1681, Sultan Haji yang di bantu oleh VOC berhasil mendesak Sultan Ageng Tirtayasa yang kemudian ditangkap dan ditawan hingga wafatnya tahun 1692. Setelah itulah, kerajaan Banten dikuasai oleh Sultan Haji yang dikendalikan oleh VOC. Meskipun Banten telah dikuasai VOC, tetapi masih ada beberapa perlawanan yang dilakukan.

e.     Perlawanan kerajaan Makasar
Kerajaan Makasar mengalami perkembangan yang pesat pada pemerintahan Sultan Hasanuddin. Pada masa pemerintahannya, terjadi perlawanan Kerajaan Makasar dengan VOC. Beberapa faktor yang menyebabkan perlawanan tersebut:
v VOC berusaha menguasai pelabuhan dagang Sombaopu yang letaknya strategis sebagai penghubung perdagangan Malaka-Jawa-Maluku.
v VOC menuntut agar Kerajaan Makasar menutup pelabuhannya bagi kapal-kapal asing kecuali VOC dan memberikan monopoli perdagangan kepada VOC
Perlawanan dari Sultan Hasanuddin dilakukan sebanyak 3 kali, akan tetapi perlawanannya dapat dipatahkan oleh VOC yang dibantu oleh Aru Palaka(Raja Bone). Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada tahun 1667. Isi perjanjian Bongaya adalah:
v VOC mendapatkan monopoli perdagangan di wilayah kerajaan Makasar.
v Karajaan Makasar harus mengakui kekuasaan VOC.
v VOC boleh mendirikan benteng di Makasar.
v Sultan Hasanuddin harus melepaskan daerah jajahannya.
v Aru Palaka menjadi Raja Bone.
v Makasar harus mengganti kerugian perang.
Para pejuang Makasar tidak ingin tunduk pada VOC, akhirnya mereka memutuskan untuk meninggalkan Makasar dan membantu pejuang lain.
f.       Perlawanan Rakyat Maluku
Kedatangan VOC ke Maluku menyebabkan perlawanan dari rakyat Maluku.
Beberapa faktor yang menyebabkan perlawanan rakyat Maluku terhadap VOC adalah:
v Adanya upaya VOC memonopoli rempah rempah di Maluku.
v Pelayaran Hongi dan hak ekstirpasi yang diterapkan oleh VOC telah menimbulkan penderitaan rakyat Maluku sehingga rakyat Maluku akhirnya melakukan perlawanan terhadap VOC.
Perlawanan rakyat Maluku terjadi tiga kali, yaitu:
v Kakiali pada tahun 1635 memulai perlawanan terhadap VOC.
v Pada tahun 1646 Telukabesi memimpin rakyat Maluku melawan VOC.
v Pada tahun 1650 terjadi perlawanan yang dipimpin oleh Saidi yang perlawanannya meluas sampai ke Ambon.
Perlawanan-perlawanan rakyat Maluku terhadap VOC yang dilakukan beberapa tahap ternyata mengalami kegagalan.
g.     Perlawanan Rakyat Tidore
perlawanan terhadap VOC juga dilakukan oleh rakyat Tidore yang di pimpin oleh Sultan Jamaluddin. Akan tetapi Sultan Jamaluddin ditangkap, hal ini justru mengobarkan semangat rakyat Tidore melawan VOC. Putra Sultan Jamaluddin yang bernama Sultan Nuku memimpin penyerangan. Dalam perlawanan ini, Sultan Nuku menerapkan sistem adu domba antara Inggris dengan Belanda, Inggris dapat menggusir Belanda dan akhirnya rakyat Tidore berhasil mengusir Inggris.

h.     Perlawanan Pattimura (1817)
Kedatangan bangsa Belanda di Maluku mengakibatkan kesengsaraan bagi rakyat Maluku. Pada akhirnya, rakyat Malukumelawan Belanda yang dipimpin Pattimura dan dibantu oleh para pahlawan yang lain.

Sebab-sebab timbulnya perlawanan Pattimura terhadap pemerintah kolonial Belanda, antara lain:
v Belanda diduga akan membebani rakyat Maluku dengan berbagai kewajiban yang memberatkan rakyat seperti pada masa kekuasaan VOC.
v Belanda akan mempraktikan kembali sistem monopoli perdagangan.
v Penindasan pemerintah Belanda terhadap rakyat Maluku.
v Penduduk Belanda atas benteng duursede di Saparua.
Pada tanggal 16 Desember 1817 Pattimura dihukum gantung di benteng New Victoria sehingga berakhirlah perlawanan rakyat Maluku terhadap Belanda.
i.       Perang Diponegoro (1825 – 1830)
Perang Diponegoro merupakan perang terbesar yang dialami Belanda. Penyebab terjadinya Perang Diponegoro adalah:
ü  Penyebab Umum
v Raja dan kalangan istana tidak menyukai sikap Belanda yang turut campur dalam pemerintahan di Kesultanan Yogyakarta.
v Belanda telah mempersempit wilayah kekuasaan Kesultanan Yogyakarta.
v Para bengsawan kecewa karena Belanda melarang para bangsawan menyewakan tanah kepada para pengusaha Belanda dan Belanda telah turut campur dalam pemerintahan di Mataram.
v Kekecewaan kaum ulama karena masuknya kebudayaan barat bertentangan dengan ajaran islam.
ü  Penyebab Khusus
v Pada tahun 1825 pemerintah Belanda memasangkan tonggak-tonggak untuk membuat jalan yang melintasi makam leluhur Pangeran Diponegoro tanpa persetujuan dari Pangeran Diponegoro.
v Pada tanggal 20 Juli 1825 Belanda melakukan penembakan terhadap kediaman Pangeran Diponegoro di Tegalrejo.
Setelah penyebab khusus itu, berkobarlah Perang Diponegoro. Rakyat memberikan dukungan terhadap Pangeran Diponegoro yang dianggap sebagai sebagai Ratu Adil dan beberapa tokoh turut mendukungnya.Untuk menghindari  sergapan Belanda, Pangeran Diponegoro menggunakan siasat perang gerilya dan Belanda menggunakan siasat benteng stelsel. Dalam perjaungannya Pangeran Diponegoro berhasil ditangkap oleh Belanda dengan cara licikpada saat melakukan perundingan oleh Belanda. Pangeran Diponegoro kemudian diasingkan Belanda ke Manado dan dipindah ke Makasar hingga wafatnya pada tanggal 8 Juanuari 1855.

j.       Perang Paderi
Pada abad ke-19 agama islam berkambang pesat di Minangkabau yang memunculkan suatu gerakan Wahabi. Gerakan tersebut mendapat tantangan keras dari kaum Adat yang dipimpin Datuk Sati. Akhirnya kaum Paderi yang dipimpin Tuanku Imam Bonjol dan pahlawan lain bermusuhan dengan kaum Adat hingga terjadinya perang Paderi.
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya Perang Paderi adalah:
v Pertentangan antara kaum Adat dengan kaum Paderi yng disebabkan oleh usaha kaum Paderi untuk menghapus segala bentuk kegiatan masyarakat Minangkabauyang bertentangan dengan islam.
v Adanya campur tangan dari Belanda dalam perselisihan tersebut dengan cara membantu kaum Adat yang dipimpin oleh Datuk Sati.
Perlawanan terjadi 2 kali, yaitu:
v Tahap Pertama(1821-1825)
Pada masa ini kaum Paderi dan kaum Adat yang dibantu oleh Belanda. Dalam perang tersebut, kaum Paderi memusatkan pertahanannya di Benteng Bonjol. Pada tahun 1825 Belanda terpaksa melakukan perjanjian damai dengan kaum Paderikarena pada saat ituBelanda harus menghadapi perlawanan Pangeran Diponegoro di Jawa.
v Tahap Kedua(1830-1837)
Akan tetapi setelah Belanda dapat mematahkan perlawanan Pangeran Diponegoro, Belanda melanggar perjanjian damai yang telah disepakati dengan kaum Paderi. Belanda kembali menyerang kaum Paderi, adanya serangan tersebut menyadarkan kaum Adat untuk bergabung dengan kaum Paderibersama – sama melakukan perlawanan terhadap Belanda. Pada tahun 1837 pasukan Belanda dapat menerobos Benteng Bonjoldan akhirnya berhasil menguasai benteng tersebut.  Kesulitan utama yang dihadapi kaum Paderi dalam melawan Belanda adalah ditutupnya jalan – jalan penghubung Benteng Bonjol dengan daerah-daerah lain. Tuanku Imam Bonjol dan pasukannya menyerah. Akhirnya Tuanku Imam Bonjol di tangkap dan kemudian diasingkan ke Cianjur dan kemudian dipindahkan ke Manado hingga wafatnya.

k.     Perang Aceh (1837-19040)
Pada tahun 1871, Belanda dan Inggris membuat persetujuan yang tertuang dalam Traktat Sumatra. Adanya Traktat Sumatra inimenjadikan kekuasaan Aceh semakin berusaha memperkuat dirinya, akhirnya terjadilah pertikaian antar keduanya.
Beberapa faktor yang melatarbelakangi terjadinya Perang Aceh melawan pemerintah kolonial Belanda adalah:
ü  Penyebab Umum
v Belanda ingin menguasai Aceh.
v Belanda turut mencampuri hubungan Aceh dengan Turki, Italia, dan Amerika Serikat.
v Adanya Traktat Sumatra yang ditandatangani oleh Inggris dan Belanda pada tahun 1871 memberi peluang kepada Belanda untuk menyerang dan menguasai Aceh.

ü  Penyebab Khusus
v Belanda menuntut Aceh untuk tunduk kepada pemerintahan Belanda, tetapi tetap tuntutan itu di tolak oleh Sultan Muhammad Daud Syah.oleh sebab itu, Belanda mengumumkan perang terhadap Aceh pada tanggal 26 Maret 1873. Beberapa kali serangan diluncurkan oleh Belanda, tetapi Aceh semakin bisa bertahan. Akhirnya Belanda mengutus Snouck Hurgronye untuk menyelidiki kelamahan Aceh. Snouck Hurgronye pun akhirnya tahu kelemahan Aceh yaitu dengan cara kekerasan. Pada tahun 1899 Belanda yang dipimpin oleh Kolonel Van Heuts mengerahkan seluruh kekuatan pasukan Belanda yang diberi nama pasukan Marsose dengan menerapkan sistem dengan cara kekerasan, semakin lama kelamaan akhirnyapun Aceh terdesak, dan pada tahun 1904 para pemimpin perlawanan Aceh dipaksa menandatangani Korte Verklaring (perjanjian singkat/pelakat pendek). Akan tetapi perlawanan Aceh terus dilakukan dan perlawanan rakyat Aceh baru dapat dipatahkan pada tahun 1917.

l.       Perang Bali/Perang Jagaraga ( 1846-1849 )
Terjadinya perang Bali dipengaruhi beberapa faktor, yaitu:
v Penolakan Belanda terhadap berlakunya Hukum Tawan karang, yaitu hukum yang menyatakan hak-hak raja Bali untuk merampas semua kapal asing beserta isinya yang terdampar pada kerajaannya.
v Belanda menuntut kerajaan-kerajaan di Baliuntuk mengakui kekuasaan pemerintah kolonial Belanda.
v Kerajaan – kerajaan di Bali menolak untuk tunduk kepada pemerintah Belanda.
pada tanggal 27 Juni 1846 Belanda mulai menyerang Bali. Raja Buleleng dan patihnya I Gusti Jelantik memusatkan pertahanannya di benteng Jagaraga. Pasukan Belanda yang dipimpin oleh Jendral Michiels akhirnya berhasil merebut benteng Jagaraga. Sejak tahun 1849, kerajaan di Bali merupakan Wilayah Belanda.
m.  Perang Banjar (1859-1863)
Banyak faktor yang menyebabkan perang Banjar, yaitu:
v Sikap Belanda yang turut  mencampuri urusan pergantian takhta kerajaan Banjar dengan mengangkat Tamjidillah yang tidak disukai oleh rakyat Banjar menjadi raja Banjar menggantikan Sultan Adam yang telah wafat. Akibatnya rakyat Banjar tidak menyukai Belanda.
v Penangkapan terhadap Prabu Anom yang terkenal menentang pemerintahan Belanda.
v Kekecewaan Pangeran Hidayat karena Prabu Anom dibuang ke Pulau Jawa.

perlawanan rakyat Banjar pada Belanda dipimpin oleh Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayatyang dimulai pada tanggal 18 April 1859, dalam perlawanan tersebut Pangeran Antasari dibantu oleh beberapa pejuang lainnya. Tetapi perlawanan itu dapat dipatahkan karena beberapa kelemahan rakyat Banjar yaitu Pangeran Hidayat yang di tangkap Belanda pada tahun 1862 dan gugurnya para pejuang dalam pertempuran.

1 komentar:

  1. Betway Casino & Hotel - Mapyro
    Find the BEST place to get 인천광역 출장안마 directions, reviews and information 인천광역 출장마사지 for 충주 출장샵 Betway Casino & 광주광역 출장안마 Hotel 충청남도 출장마사지 in Glendale, AZ. Find reviews, hours, directions,

    BalasHapus