PENGARUH KOLONIALISME DAN
IMPERIALISME BARAT DI BERBAGAI DAERAH INDONESIA
Ø Perlawanan Terhadap Portugis
a.
Perlawanan Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh merupakan saingan terberat Portugis dalam
bidang perdagangan. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis, mengakibatkan
perdagangan di Aceh mengalami perkembangan yang sangat pesat. Melihat itu,
Portugis ingin menguasai Aceh, akhirnya terjadilah perselisihan antar kedua
pihak.
Dalam menghadapi Portugis, Sultan Ali Mughayat Syah sebagai
penguasa Aceh melakukan beberapa tindakan,yaitu:
v Mengadakan kerja sama dengan
Kerajaan Demak dalam menghadapi Portugis.
v Menjalin hubungan dan meminta
bantuan senjata kepada Turki, Inggris, Gujarat, dan Goa.
v Melengkapi kapal kapal
dagangnya dengan prajurit dan senjata.
Raja Aceh selanjutnya yaitu Sultan Iskandar Muda.
Pertentangan dari keduanya berakhir setelah kekuasaan Portugis di Malaka
direbut Belanda pada tahun 1641.
b.
Perlawanan Kerajaan Ternate
Kedatangan bangsa Portugis di wilayah Ternate sejak tahun
1512 menimbulkan kebencian dan perlawanan dari rakyat Ternate.
Penyebabnya adalah:
v Portugis melakukan monopoli
perdagangan yang menimbulkan kerugian dan penderitaan rakyat Ternate.
v Adanya campur tangan Portugis
dalam urusan pemerintahan Kerajaan Ternate.
v Penyebaran agama Katholik di
Ternate yang dilakukan oleh misionaris Portugis.
v Keserakahan dan kesombongan
Portugis yang memandang rendah penduduk Ternate.
Perlawanan di lakukan sebanyak 3 kali. Pada tahun 1533
rakyat Ternate yang di pimpin oleh Sultan Dajalo mulai melakukan perlawanan,
pada penyerangan ini , rakyat Maluku berhasil membakar benteng Portugis dan
berhasil mendesak Portugis. Pada tahun 1565 yang dipimpin oleh Sultan Hairun
melakukan serangan kedua kalinya. Pada tahun 1574 rakyat Ternate berhasil
merebut benteng Portugis, dan pada tanggal 28 Desember 1577 rakyat Ternate yang
dipimpin Sultan Baabullah berhasil mengusir Portugis dari wilayah Maluku.
Ø Perlawanan Terhadap VOC
c.
Perlawanan Kerajaan Mataram
Pada masa pemerintahan Sultan Agung, kerajaan Mataram
mencapai puncak kejayaan. Sultan agung bercita – cita mempersatukan daerah –
daerah di Pulau Jawa, untuk mencapainya, Sultan Agung berusaha mengusir VOC di
Batavia.
Beberapa faktor atau alasan kerajaan Mataram melakukan
penyerangan terhadap VOC adalah:
v VOC berusaha memonopoli dan
menguasai Mataram.
v VOC tidak mau mengakui
kedaulatan Mataram dan tidak mendukung politik Mataram untuk menundukkan
Banten.
v VOC dianggap merintangi
cita-cita Sultan Agung yang membahayakan masa depan rakyat Pulau Jawa pada
umumnya.
Serangan pasukan Mataram dilakukan 2
kali, yaitu:
v Pada tahun 1828 yang di
pimpin oleh Tumenggung Bahurekso, Sura Agul-Agul, Dapi Uposonto,Dipati
Mandurejo dan Adipati Ukur, akan tetapi mengalami kegagalan.
v Pada tahun 1829 yang di
pimpin Pangeran Puger dan Pangeran Purbaya,
akan tetapi juga mengalami kegagalan.
Beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan serangan
pasukan Mataram terhadap VOC di Batavia adalah:
v Pasukan Mataram kekurangan
persediaan bahan makanan.
v Persenjataan pasukan Matarm
kalah lengkap dan modern dari yang dimiliki VOC.
v Jarak antara Mataram dengan
Batavia sangat jauh.
v Berjangkitnya wabah penyakit
kolera.
v Pasukan VOC lebih
berpengalaman dalam perang.
Setelah serangan kedua tersebut, tidak ada lagi
serangan dari Sultan Agung sampai wafatnya pada tahun 1645. Sepeninggal Sultan
Agung Mataram mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena pengganti Sultan
Agung cenderung bekerja sama dengan VOC, tetapi masih ada perlawanan yang
dilakukan terhadap VOC. Pada saat perlawanan Mangkubumi, terjadi kesepakatan
damai dengan Belanda dengan ditandatanganinya perjanjian Giyanti pada tahun
1755.
Isi perjanjian Giyati, yaitu:
v Mataram dibagi menjadi dua,
yaitu Mataram Barat (Yogyakarta) dan Mataram Timur (Surakarta).
v Mangkubumi berkuasa di
Mataram Barat dan Paku Buwono berkuasa di Mataram Timur.
Kebesaran Mataram berakhir setelah ditandatanganinya
perjanjian tersebut.
d.
Perlawanan Kerajaan Banten
VOC berusaha menguasai Selat Sunda, tetapi upaya tersebut
mendapat tantangan keras dari kerajaan Banten yang saat itu mencapai kejayaan
pada pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Untuk mengamankan wilayahnya dari
blokade VOC, Sultan Ageng Tirtayasa menjalin hubungan dengan negara dan
pahlawan lain. Dalam menghadapi perlawanan kerajaan Banten, VOC menerapka
sistim politik devide et impera(mengadu domba) antara Sultan Ageng Tirtayasa
dengan Sultan Haji yang di bantu oleh VOC. Pada tahun 1681, Sultan Haji yang di
bantu oleh VOC berhasil mendesak Sultan Ageng Tirtayasa yang kemudian ditangkap
dan ditawan hingga wafatnya tahun 1692. Setelah itulah, kerajaan Banten
dikuasai oleh Sultan Haji yang dikendalikan oleh VOC. Meskipun Banten telah
dikuasai VOC, tetapi masih ada beberapa perlawanan yang dilakukan.
e.
Perlawanan kerajaan Makasar
Kerajaan Makasar mengalami perkembangan yang pesat pada pemerintahan
Sultan Hasanuddin. Pada masa pemerintahannya, terjadi perlawanan Kerajaan
Makasar dengan VOC. Beberapa faktor yang menyebabkan perlawanan tersebut:
v VOC berusaha menguasai
pelabuhan dagang Sombaopu yang letaknya strategis sebagai penghubung perdagangan
Malaka-Jawa-Maluku.
v VOC menuntut agar Kerajaan
Makasar menutup pelabuhannya bagi kapal-kapal asing kecuali VOC dan memberikan
monopoli perdagangan kepada VOC
Perlawanan dari Sultan Hasanuddin dilakukan sebanyak 3
kali, akan tetapi perlawanannya dapat dipatahkan oleh VOC yang dibantu oleh Aru
Palaka(Raja Bone). Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya
pada tahun 1667. Isi perjanjian Bongaya adalah:
v VOC mendapatkan monopoli
perdagangan di wilayah kerajaan Makasar.
v Karajaan Makasar harus
mengakui kekuasaan VOC.
v VOC boleh mendirikan benteng
di Makasar.
v Sultan Hasanuddin harus
melepaskan daerah jajahannya.
v Aru Palaka menjadi Raja Bone.
v Makasar harus mengganti
kerugian perang.
Para pejuang Makasar tidak ingin tunduk pada VOC,
akhirnya mereka memutuskan untuk meninggalkan Makasar dan membantu pejuang
lain.
f.
Perlawanan Rakyat Maluku
Kedatangan VOC ke Maluku menyebabkan perlawanan dari
rakyat Maluku.
Beberapa faktor yang menyebabkan perlawanan rakyat
Maluku terhadap VOC adalah:
v Adanya upaya VOC memonopoli
rempah rempah di Maluku.
v Pelayaran Hongi dan hak
ekstirpasi yang diterapkan oleh VOC telah menimbulkan penderitaan rakyat Maluku
sehingga rakyat Maluku akhirnya melakukan perlawanan terhadap VOC.
Perlawanan rakyat Maluku terjadi tiga kali, yaitu:
v Kakiali pada tahun 1635
memulai perlawanan terhadap VOC.
v Pada tahun 1646 Telukabesi
memimpin rakyat Maluku melawan VOC.
v Pada tahun 1650 terjadi
perlawanan yang dipimpin oleh Saidi yang perlawanannya meluas sampai ke Ambon.
Perlawanan-perlawanan rakyat Maluku terhadap VOC yang
dilakukan beberapa tahap ternyata mengalami kegagalan.
g.
Perlawanan Rakyat Tidore
perlawanan terhadap VOC juga dilakukan oleh rakyat Tidore
yang di pimpin oleh Sultan Jamaluddin. Akan tetapi Sultan Jamaluddin ditangkap,
hal ini justru mengobarkan semangat rakyat Tidore melawan VOC. Putra Sultan
Jamaluddin yang bernama Sultan Nuku memimpin penyerangan. Dalam perlawanan ini,
Sultan Nuku menerapkan sistem adu domba antara Inggris dengan Belanda, Inggris
dapat menggusir Belanda dan akhirnya rakyat Tidore berhasil mengusir Inggris.
h.
Perlawanan Pattimura (1817)
Kedatangan bangsa Belanda di Maluku mengakibatkan
kesengsaraan bagi rakyat Maluku. Pada akhirnya, rakyat Malukumelawan Belanda
yang dipimpin Pattimura dan dibantu oleh para pahlawan yang lain.
Sebab-sebab timbulnya perlawanan Pattimura terhadap
pemerintah kolonial Belanda, antara lain:
v Belanda diduga akan membebani
rakyat Maluku dengan berbagai kewajiban yang memberatkan rakyat seperti pada
masa kekuasaan VOC.
v Belanda akan mempraktikan
kembali sistem monopoli perdagangan.
v Penindasan pemerintah Belanda
terhadap rakyat Maluku.
v Penduduk Belanda atas benteng
duursede di Saparua.
Pada tanggal 16 Desember 1817 Pattimura dihukum
gantung di benteng New Victoria sehingga berakhirlah perlawanan rakyat Maluku
terhadap Belanda.
i.
Perang Diponegoro (1825 –
1830)
Perang Diponegoro merupakan perang terbesar yang dialami Belanda.
Penyebab terjadinya Perang Diponegoro adalah:
ü Penyebab Umum
v Raja dan kalangan istana
tidak menyukai sikap Belanda yang turut campur dalam pemerintahan di Kesultanan
Yogyakarta.
v Belanda telah mempersempit
wilayah kekuasaan Kesultanan Yogyakarta.
v Para bengsawan kecewa karena
Belanda melarang para bangsawan menyewakan tanah kepada para pengusaha Belanda
dan Belanda telah turut campur dalam pemerintahan di Mataram.
v Kekecewaan kaum ulama karena
masuknya kebudayaan barat bertentangan dengan ajaran islam.
ü Penyebab Khusus
v Pada tahun 1825 pemerintah
Belanda memasangkan tonggak-tonggak untuk membuat jalan yang melintasi makam leluhur
Pangeran Diponegoro tanpa persetujuan dari Pangeran Diponegoro.
v Pada tanggal 20 Juli 1825
Belanda melakukan penembakan terhadap kediaman Pangeran Diponegoro di
Tegalrejo.
Setelah penyebab khusus itu, berkobarlah Perang
Diponegoro. Rakyat memberikan dukungan terhadap Pangeran Diponegoro yang
dianggap sebagai sebagai Ratu Adil dan beberapa tokoh turut mendukungnya.Untuk menghindari sergapan Belanda, Pangeran Diponegoro
menggunakan siasat perang gerilya dan Belanda menggunakan siasat benteng
stelsel. Dalam perjaungannya Pangeran Diponegoro berhasil ditangkap oleh
Belanda dengan cara licikpada saat melakukan perundingan oleh Belanda. Pangeran
Diponegoro kemudian diasingkan Belanda ke Manado dan dipindah ke Makasar hingga
wafatnya pada tanggal 8 Juanuari 1855.
j.
Perang Paderi
Pada abad ke-19 agama islam berkambang pesat di Minangkabau
yang memunculkan suatu gerakan Wahabi. Gerakan tersebut mendapat tantangan
keras dari kaum Adat yang dipimpin Datuk Sati. Akhirnya kaum Paderi yang
dipimpin Tuanku Imam Bonjol dan pahlawan lain bermusuhan dengan kaum Adat
hingga terjadinya perang Paderi.
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya Perang Paderi
adalah:
v Pertentangan antara kaum Adat
dengan kaum Paderi yng disebabkan oleh usaha kaum Paderi untuk menghapus segala
bentuk kegiatan masyarakat Minangkabauyang bertentangan dengan islam.
v Adanya campur tangan dari
Belanda dalam perselisihan tersebut dengan cara membantu kaum Adat yang
dipimpin oleh Datuk Sati.
Perlawanan terjadi 2 kali, yaitu:
v Tahap Pertama(1821-1825)
Pada masa ini
kaum Paderi dan kaum Adat yang dibantu oleh Belanda. Dalam perang tersebut,
kaum Paderi memusatkan pertahanannya di Benteng Bonjol. Pada tahun 1825 Belanda
terpaksa melakukan perjanjian damai dengan kaum Paderikarena pada saat
ituBelanda harus menghadapi perlawanan Pangeran Diponegoro di Jawa.
v Tahap Kedua(1830-1837)
Akan tetapi
setelah Belanda dapat mematahkan perlawanan Pangeran Diponegoro, Belanda
melanggar perjanjian damai yang telah disepakati dengan kaum Paderi. Belanda
kembali menyerang kaum Paderi, adanya serangan tersebut menyadarkan kaum Adat
untuk bergabung dengan kaum Paderibersama – sama melakukan perlawanan terhadap
Belanda. Pada tahun 1837 pasukan Belanda dapat menerobos Benteng Bonjoldan
akhirnya berhasil menguasai benteng tersebut.
Kesulitan utama yang dihadapi kaum Paderi dalam melawan Belanda adalah
ditutupnya jalan – jalan penghubung Benteng Bonjol dengan daerah-daerah lain.
Tuanku Imam Bonjol dan pasukannya menyerah. Akhirnya Tuanku Imam Bonjol di
tangkap dan kemudian diasingkan ke Cianjur dan kemudian dipindahkan ke Manado
hingga wafatnya.
k.
Perang Aceh (1837-19040)
Pada tahun 1871, Belanda dan Inggris membuat persetujuan yang
tertuang dalam Traktat Sumatra. Adanya Traktat Sumatra inimenjadikan kekuasaan
Aceh semakin berusaha memperkuat dirinya, akhirnya terjadilah pertikaian antar
keduanya.
Beberapa faktor yang melatarbelakangi terjadinya Perang Aceh
melawan pemerintah kolonial Belanda adalah:
ü Penyebab Umum
v Belanda ingin menguasai Aceh.
v Belanda turut mencampuri
hubungan Aceh dengan Turki, Italia, dan Amerika Serikat.
v Adanya Traktat Sumatra yang
ditandatangani oleh Inggris dan Belanda pada tahun 1871 memberi peluang kepada
Belanda untuk menyerang dan menguasai Aceh.
ü Penyebab Khusus
v Belanda menuntut Aceh untuk
tunduk kepada pemerintahan Belanda, tetapi tetap tuntutan itu di tolak oleh
Sultan Muhammad Daud Syah.oleh sebab itu, Belanda mengumumkan perang terhadap
Aceh pada tanggal 26 Maret 1873. Beberapa kali serangan diluncurkan oleh
Belanda, tetapi Aceh semakin bisa bertahan. Akhirnya Belanda mengutus Snouck
Hurgronye untuk menyelidiki kelamahan Aceh. Snouck Hurgronye pun akhirnya tahu
kelemahan Aceh yaitu dengan cara kekerasan. Pada tahun 1899 Belanda yang
dipimpin oleh Kolonel Van Heuts mengerahkan seluruh kekuatan pasukan Belanda
yang diberi nama pasukan Marsose dengan menerapkan sistem dengan cara
kekerasan, semakin lama kelamaan akhirnyapun Aceh terdesak, dan pada tahun 1904
para pemimpin perlawanan Aceh dipaksa menandatangani Korte Verklaring
(perjanjian singkat/pelakat pendek). Akan tetapi perlawanan Aceh terus
dilakukan dan perlawanan rakyat Aceh baru dapat dipatahkan pada tahun 1917.
l.
Perang Bali/Perang Jagaraga (
1846-1849 )
Terjadinya perang Bali dipengaruhi beberapa faktor, yaitu:
v Penolakan Belanda terhadap berlakunya
Hukum Tawan karang, yaitu hukum yang menyatakan hak-hak raja Bali untuk
merampas semua kapal asing beserta isinya yang terdampar pada kerajaannya.
v Belanda menuntut
kerajaan-kerajaan di Baliuntuk mengakui kekuasaan pemerintah kolonial Belanda.
v Kerajaan – kerajaan di Bali
menolak untuk tunduk kepada pemerintah Belanda.
pada tanggal 27 Juni 1846 Belanda mulai menyerang
Bali. Raja Buleleng dan patihnya I Gusti Jelantik memusatkan pertahanannya di
benteng Jagaraga. Pasukan Belanda yang dipimpin oleh Jendral Michiels akhirnya
berhasil merebut benteng Jagaraga. Sejak tahun 1849, kerajaan di Bali merupakan
Wilayah Belanda.
m. Perang Banjar (1859-1863)
Banyak faktor yang menyebabkan perang Banjar, yaitu:
v Sikap Belanda yang turut mencampuri urusan pergantian takhta kerajaan
Banjar dengan mengangkat Tamjidillah yang tidak disukai oleh rakyat Banjar
menjadi raja Banjar menggantikan Sultan Adam yang telah wafat. Akibatnya rakyat
Banjar tidak menyukai Belanda.
v Penangkapan terhadap Prabu
Anom yang terkenal menentang pemerintahan Belanda.
v Kekecewaan Pangeran Hidayat
karena Prabu Anom dibuang ke Pulau Jawa.
perlawanan rakyat Banjar pada Belanda dipimpin oleh
Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayatyang dimulai pada tanggal 18 April 1859, dalam
perlawanan tersebut Pangeran Antasari dibantu oleh beberapa pejuang lainnya.
Tetapi perlawanan itu dapat dipatahkan karena beberapa kelemahan rakyat Banjar
yaitu Pangeran Hidayat yang di tangkap Belanda pada tahun 1862 dan gugurnya
para pejuang dalam pertempuran.
Betway Casino & Hotel - Mapyro
BalasHapusFind the BEST place to get 인천광역 출장안마 directions, reviews and information 인천광역 출장마사지 for 충주 출장샵 Betway Casino & 광주광역 출장안마 Hotel 충청남도 출장마사지 in Glendale, AZ. Find reviews, hours, directions,